Minggu, 15 Agustus 2021

Cinta Budaya Negeri Sendiri

 

Cinta Budaya Negeri Sendiri

 

Reni berangkat ke sekolah pukul setengah tujuh pagi. Seperti waktu-waktu sebelumnya ia biasa berangkat awal. Tak pernah ia terlambat meski harus bantu-bantu terlebih dahulu di rumah dan berangkat ke sekolah hanya dengan berjalan kaki. Tak seperti kebanyakan anak lain yang selalu diantar dengan mobil atau motor atau gojek oleh orang tua atau asisten rumah tangga. Reni memang anak yang rajin, tidak manja dan disiplin.

Di ujung jalan gang dekat sekolah Reni bertemu dengan Firza yang dibonceng abang ojek online atau yang biasa disebut abang ojol.

“Bang, turun sini aja,” pinta Firza.

“Baik, mba,” jawab driver ojol.

Setelah Firza turun dari motor dan membayar ojek tersebut ia menghampiri Reni.

“Hay, gaezz,, apa kabar?” sapa Firza..

“Baik, Za. Kamu gimana?” sahut Reni dengan menyalami Firza.

“Gue juga baik juga sista Reni” jawab Firza dengan segenap tuturnya dengan bahasa super gaul.

“Firza. Itu bajumu belum dimasukkan ke rok?” tanya Reni.

“Sssstttzz, duuuh sista Reni ini. Kuper tau. Gak gaul. Ini stylish tau Ren. Modis. Keren. Trendi. Cool. Ala Korea. K-Pop Mania,” papar Firza.

“Aduh Za. Gak gitu juga kali. Biarpun kita gaul tapi harus ada batas dan aturan. Kita orang Indonesia yang punya norma dan budaya. Gaul yang sopan dan sewajarnya,”

“Idih, kena ceramah nih!” tukas Firza dengan senyum kecut.

“Engga kok, Za. Sebagai teman aku ingin mengingatkan aja. Kita ini perempuan yang harus menjaga diri agar tidak memancing kejahatan. Terus, kita ini kan bangsa Indonesia yang dikenal dengan budayanya. Cintai budaya kita. Jalankan norma dengan baik. Ada norma hukum. Kita in ikan anak sekolah yang harus menerapkan aturan sekolah. Berpakaian rapi, sopan dan sesuai ketentuan, Za,”

“Iya, deh Ren aku masukkin,” balas Firza.

“Nah, gitu dong. Kan cantik. Cantik itu gak harus kebarat-baratan atau ala Korea, Za. Kalau seperti itu khan jadi anggun. Memesona. Yuk, sambil jalan,” ucap Reni.

“Makasih pujiannya, Ren. Oiya, nanti sore main ke rumahku, yuk? Aku mau main game tapi ga ada temen. Nanti pakai HP aku aja. Sudah ada kuotanya. Kamu tinggal main aja pokonknya,” rayu Firza.

“Makasih lho Ren, tawarannya. Tapi nanti sore aku mau nonton pertunjukan wayang di balai Kelurahan sama ibu aku. Aku sudah janji,”

“Yah, kok ga bisa si Ren? Batalin aja Ren? Lebih asik main game. Terus, aku juga mau pamerin baju baru aku. Lima setel tau, Ren. Baru beli di online shop. Kalau mau aku kasih baju satu setel deh. Terus, kita nonton film drakor pula. Lagi seru lho episode nanti sore. Tapi, please mau ya temenin aku main game?” rayu Firza.

“Maaf, Za. Beneran aku ga bisa. Aku lebih suka liat wayangnya daripada tontonan korea atau sekedar main game. Kalua tontonan wayang itu kan budaya kita. Dari pagelaran wayang itu ada banyak pesan moral yang kita peroleh, Za,”

“Baiklah kalo gitu. Aku main sendiri aja,” balas Firza lirih dengan raut wajah kecewa.

“Sekali lagi maaf ya, Za?” pinta Reni.

“Iya, ga apa-apa Ren,”

“Senyum donk. Dah sampai depan gerbang sekolah nih. Jangan masuk sekolah sambal cemberut. Nanti ditangkap satpam,” seloroh Reni mencairkan suasana.

“Oke, kaka Reni. Asiap deh pokoknya,” balas Firza dengan wajah kembali terkembang.

Begitulah kisah Reni. Seorang anak yang sederhana, rajin, disiplin dan cinta budaya tanah airnya. Tidak mudah terbawa arus negatif modernisasi.

 

 

                                                                                            (Oleh : Karsim) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Rangkuman Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1

   Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1.  PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN  Oleh : Karsim, S.P...